Exploring the Rich Habitat of Indonesia

Hey there! My name is Ardi Ardian Sukma, and I want to tell you about my journey before and after joining the Little Fireface Project (LFP). I did an internship in Riau, Sumatra, where I learned about conservation in wetland ecosystems like peat swamp forests and mangroves.

In one of the mangrove areas, I worked as a research assistant studying the plants. We wanted to understand the condition of the mangroves and how they were affected by human activities. We also looked at the impact on animals like long-tailed monkeys and exotic seabirds.

Later on, my team and I did research on the diversity of reptiles and amphibians on the campus of the University of Riau. We found many different species living there, and it made us curious about how they managed to coexist with human activities.

I also became an assistant lecturer on ecology and conservation at the university. I loved sharing my experiences and knowledge with other students to raise awareness about the importance of biodiversity in Indonesia. Our country has so much biodiversity, and I believe it’s crucial for the younger generation to learn about conservation.

Apart from that, I also took part in ethnobotany research in the Riau region. I was fascinated by how plants were used in traditional ceremonies and cooking. It showed me the strong connection between people and their environment.

One of my most memorable research experiences was in the Kampar Peninsula Peat Swamp Forest. I studied the diversity of mammals in that wetland area. I saw how these animals adapted to the periodic flooding and found food in less fertile plants. It was there that I saw slow lorises with their families, which sparked my interest in them. That’s when I discovered the Little Fireface Project, an NGO dedicated to researching slow lorises.

During my time at LFP, I found answers to many questions about slow lorises. I learned about their social behavior, how they survive in agroforestry environments, and whether they are monogamous or polygamous. LFP also showed me how to conserve these animals using techniques like radio collars. I am so grateful for everything I learned during my time there.


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Perkenalkan nama saya Ardi Ardian Sukma

Saya merupakan blasteran barat yaitu Jawa Barat dan Sumatra Barat, selain itu saya merupakan lulusan S1 Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau yang fokus di bidang ekologi, konservasi, biodiversitas, dan etnobiologi.

Saya Asisten peneliti di Little Fireface Project (LFP). Kali ini saya ingin bercerita tentang perjalanan saya sebelum dan sesudah bergabung di LFP. Saya pernah magang tentang konservasi di pulau sumatra khususnya di Riau yang merupakan ekosistem lahan basah seperti hutan rawa gambut dan ekosistem mangrove.

Di ekosistem mangrove saya sebagai asisten peneliti tentang vegetasi di kawasan ekowisata bandar bakau Dumai, yang bertujuan untuk melihat bagaimana kondisi vegetasi mangrove, apakah terjadi degradasi habitat, dan kerentanan kegiatan masyarakat di sekitar laut terhadap vegetasi mangrove yang digunakan sebagai tempat rekreasi atau ekowisata. Analisis vegetasi dapat berpengaruh terhadap kehadiran spesies monyet ekor panjang dan beberapa burung laut yang eksotis.

Setelah itu saya dan tim pernah melakukan penelitian keanekaragaman herpetofauna di lingkungan kampus Universitas Riau. Kami menemukan banyak sekali jenis herpetofauna yang ada di lingkungan kampus dan kami bertanya tanya, mengapa herpetofauna dapat bertahan hidup dan berdampingan dengan kegiatan belajar mengajar di lingkungan kampus. Kami melombakan foto-foto penelitian kami dan kami menang.

Di lingkungan kampus saya aktif sebagai asisten dosen bidang ekologi dan konservasi. Saya memberi pengalaman dan ilmu saya terhadap mahasiswa lain agar mahasiswa lain sadar akan tingginya dan pentingnya keanekaragaman hayati di Indonesia. Karena menurut saya Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dan perubahan lingkungan dapat membahayakan eksistensi mereka. Oleh karena itu ilmu konservasi perlu dimiliki oleh generasi muda Indonesia.

Selain penelitian di bidang konservasi, saya pernah mengikuti penelitian di bidang etnobotani di daerah Riau. Saya sangat tertarik terhadap etnobotani, bagaimana pemanfaatan tumbuhan bagi upacara adat, kuliner dan lain lain. Hal tersebut menggambarkan seberapa erat hubungan masyarakat terhadap lingkungannya

Selain kegiatan penelitian diatas. Saya paling ingat mengenai penelitian saya di Hutan Rawa Gambut Semenanjung Kampar (Restorasi Ekosistem Riau) yang di payungi oleh Fauna & Flora Internasional. Saya meneliti tentang keanekaragaman mamalia di kawasan hutan rawa gambut tersebut. Disana saya melihat bagaimana mamalia dapat hidup di ekosistem lahan basah yang memiliki masa penggenangan secara periodik, bagaimana mereka beradaptasi, dan bagaimana mereka mendapatkan makanan dari tumbuhan yang substratnya sedikit kurang subur. Di daerah hutan rawa gambut itu saya melihat Kukang yang sedang bersama keluarganya. Karena hal tersebut saya tertarik tentang Kukang, dan akhirnya saya melihat ada NGO yang meneliti tentang Kukang yaitu Little Fireface Project.

Selama saya bekerja di LFP pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepala saya tentang Kukang terjawab. Seperti apakah Kukang makhluk sosial atau soliter, bagaimana dia dapat bertahan hidup di lingkungan agroforestri, apakah dia monogami atau poligami, dan bagaimana cara LFP menyelesaikan masalah tentang perubahan lingkungan menjadi agroforestri tanpa merusak lingkungan tersebut, dan bagaimana konservasi menggunakan radio collar. Saya banyak belajar di LFP. Terima kasih telah membaca artikel ini. “Save slow loris melalui ekologi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat”.