Hilman’s odyssey: A Short Story About The Final Project (Skripsi)

Berbicara tentang tugas akhir kuliah atau skripsi, sejak awal saya memang sudah memiliki ketertarikan dan kepedulian terhadap satwa khususnya primata.

Liar nya otak saya membuat saya banyak ide sehingga menjadi pusing, apalagi ketika semua ide harus direalisasikan secara bersamaan memang rumit😊. Sehingga saya harus memilah dan mimilih mana yang menurut saya menarik, cocok dan mampu atas kapasitas yang saya punya. Tiba waktu dimana saya menemukan tema yang tepat, yaitu tentang konektivitas buatan, kamera trap dan dengan objek Kukang Jawa. Skripsi dengan judul “Preferensi Konektivitas Buatan Pada Kukang Jawa Berdasarkan Jumlah Penggunaan Konektivitas Buatan”.

Hilman installing a camera trap right next to the loris bridge end.

Kenapa?

Iya kenapa. Saya mengambil tentang tema ini. Berawal dari melihat kondisi habitat kukang jawa yang terfragmentasi oleh lahan pertanian masyarakat, sehingga membuat Kukang jawa terbatas untuk melakukan eksplorasi habitatnya yang bertujuan untuk mencari makan, bermain dll. Hal ini membuat Kukang jawa mengharuskan melakukan perilaku ke “Terestrial” untuk menjangkau sesuatu yang Kukang inginkan.

Memang kenapa kalau kukang melakukan perilaku terestrial?  

Pada dasarnya Kukang Jawa merupakan primata arboreal yang menghabiskan hidupnya di pohon, Perilaku terestrial ini sangat beresiko karena meningkatkan ancaman dari predator tingkat tinggi salah satunya manusia.

Dengan demikian Little Fireface Project, yang fokus terhadap Kukang jawa. Mengatasinya dengan cara membuat “Jembatan kukang” yaitu konektivitas buatan untuk menggantikan konektivitas alami yang terfragmentasi, yang dimana berguna untuk kukang menjangkau dan memperluas daya jelajah mereka dengan menjangkaunya tanpa melakukan perilaku “Terestrial”. Sudah beberapa tahun Jembatan Kukang ini terpasang, dan hasilnya memang digunakan oleh kukang tersebut. Bahkan tidak hanya kukang saja yang menggunakan konektivitas buatan melainkan satwa lain seperti musang, tupai, dan tikus pohon.

Javan slow loris captured on camera trap.
Civet at night
Not only nocturnal, day dwellers also use the loris bridge. Say cheese!

Tetapi dari seluruh konektivitas buatan, belum diketahui konektivitas buatan mana yang paling banyak digunakan oleh Kukang tersebut. Maka dari ketidaktahuan tersebut saya mencoba mencari tahu konektivitas buatan mana yang sering digunakan oleh kukang, dengan cara memasang camera trap disetiap konektivitas buatan tersebut. Konektivitas buatan ini ada dua jenis, ada yang terbuat dari selang air (Waterline) dan karet yang biasa dugunakan untuk menimba sumur (rubber).

Nah, dalam pemasangan kamera trap ini. Tidak seperti pemasangan kamera trap pada umumya, melainkan harus memasang nya di atas pohon. Sehingga saya harus memanjat beberapa pohon yang terpasang atau tersambung dengan “Jembatan Kukang” atau konektivitas buatan. Bukan suatu perkara yang mudah, karena untuk menyimpan kamera diatas pohon setidaknya harus memiliki keahlian memanjat.

Berhubung saya pernah menekuni kegiatan memanjat mulai dari tebing, papan panjat hi